MAKALAH
ASAL-USUL NAMA DESA PULE
KECAMATAN SELOGIRI
Disusun Oleh
Nama :
Ayu Prigitha Intan Cahyani
No :
05
Kelas : X IPS 1
SMA NEGERI 1 WONOGIRI
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Latar Belakang
Sejarah lokal mengandung suatu
pengertian, bahwa suatu peristiwa yang terjadi tidak hanya meliputi suatu
daerah dan tidak menyebar ke daerah lainnya. Sejarah tentang suatu daerah
memuat suatu awal daerah tersebut seperti asal-usul daerah yang bersangkutan
sampai pada perkembangan daerah itu pada masa berikutnya. Setiap wilayah di
Indonesia memiliki karakter tersendiri. Hal ini disebabkan karena masing-masing
wilayah di Indonesia terbentuk melalui sejarah panjang yang berbeda-beda. Demikian
juga kebudayaan, merupakan produk dari proses sejarah yang panjang. Oleh karena
itu sejarah lokal merupakan hal yang sangat kompleks yang memiliki banyak aspek
dari keseluruhan pengalaman kolektif masa lalu meliputi aspek sosial budaya,
politik, agama, teknologi, ekonomi, dan sebagainya dalam suatu wilayah
tertentu.
Sejarah lokal yang identik dengan cerita
rakyat sampai sekarang masih berkembang terus dan penyebarannya secara turun
temurun oleh masyarakat. Tetapi masih banyak cerita rakyat yang belum
terdeteksi maupun tersimpan dalam bentuk tulisan maupun kajian. Peristiwa-peristiwa
yang terjadi di daerah biasanya dikenang
dan diingat dalam bentuk nama. Nama tersebut biasanya diambil dari nama
peristiwa, orang, binatang, tumbuhan dan sebagainya. Oleh karena berbagai alasan
diatas, penulis ingin meneliti, menelaah, dan merekap sejarah lokal di Desa
Pule, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri. Penelitian ini oleh penulis
diberi judul Asal-usul Nama Desa Pule, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri.
Penulis ingin meneliti asal-usul nama
Desa Pule, karena penulis ingin mengetahui dan membaginya pada pembaca. Serta
selama ini belum ada yang meneliti ataupun menganalisisnya. Banyak masyarakat
di Indonesia yang tidak memahami dan mengetahui sejarah lokal yang ada di daerahnya
masing-masing. Ini dikarenakan
minimnya pengetahuan tentang sejarah lokal di wilayahnya, adapun sumber-sumber
untuk mengetahui secara lisan banyak yang sudah meninggal, pikun, atau bukan
penduduk asli dari daerah tersebut. Hal itu patut untuk diteliti lebih lanjut
agar masyarakat lebih memahami dan menghargai cerita-cerita rakyat yang terdapat
di daerah mereka masing-masing.
Pembahasan
Asal-usul
nama Desa Pule menurut Bapak Sugimo,S.H.(Kepala Desa Pule) yang dikutip dari
Solopos.
Desa Pule adalah salah satu desa di
Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri. Untuk mencapai desa ini, bisa ditempuh
melalui perjalanan sekitar 10 menit dari Terminal Giri Adipura Krisak yang
berada di Jl Solo-Wonogiri. Kemunculan Desa Pule berkaitan erat dengan sejarah
berdirinya Kabupaten Wonogiri.
Pada tahun 1742 KGPAH Mangkunegara I
atau dikenal dengan nama Pangeran Samber Nyawa atau Raden Mas Said memutuskan
keluar dari Keraton Surakarta karena tidak puas dengan pemerintahan raja pada masa itu. Raden Mas Said lantas
melakukan perjalanan ke sebuah perkampungan yang saat ini dikenal dengan nama
Dusun Ngalor (sekarang Nglaroh), masuk wilayah Desa Pule.
Setelah meminang putri seorang ulama di
perkampungan tak jauh dari Ngalor, yakni Raden Ayu Patah Hati, Raden Mas Said
memutuskan tinggal beberapa waktu di Ngalor. Dari perkampungan kecil itulah
strategi perang melawan Belanda disusun.
Menetapnya Raden Mas Said di Dusun
Nglaroh otomatis membuat 40 prajurit pengikut pangeran tersebut yang dikenal
dengan nama 40 prajurit Joyo, turut tinggal di sekitar dusun tersebut. Mereka
berkumpul di satu kawasan agar memudahkan koordinasi dalam mengatur strategi
perang untuk mengusir Belanda. Empat puluh prajurit itu diantaranya adalah:
1.
Kyai
Wirodiwongso
2.
Raden Sutowijoyo
3.
Mas Ngabei Joyo
Dikromo
4.
Kyai Ngabei Joyo
Santiko
5.
Kyai Ngabei Joyo
Rencono
6.
Kyai Ngabei Joyo
Puspito
7.
Raden Ngabei
Joyo Sentono
8.
Raden Ngabei
Joyo Mursito
9.
Kyai Ngabei Joyo
Hutomo
“Empat puluh orang prajurit tersebut
berkumpul di sekitar nglaroh. Mereka berjuang melawan penjajah dengan semangat
yang dikobarkan Pangeran Samber Nyawa, tiji
tibeh, mati siji mati kabeh, mukti siji mukti kabeh [mati satu mati semua, makmur
satu makmur semua].”
Karena menjadi tempat berkumpul para
prajurit itulah, wilayah sekitar Nglaroh akhirnya diberi nama Desa Pule. Dalam
bahasa jawa berkumpulnya para prajurit berarti kumpule prajurit, sehingga jadilah kata pule bagian dari kata kumpule menjadi nama desa tempat 40
prajurit Raden Mas Said berkumpul menyusun strategi perang.
Tak hanya nama desa, tindakan Raden Mas
Said di perkampungan tersebut juga kata-kata
yang dilontarkan penguasa Pura Mangkunegaran itu kemudian manjadi cikal bakal
nama sejumlah dusun. Ada 10 dusun di Desa Pule yang namanya berasal dari kata-kata atau tempat yang disampaikan
Raden Mas Said pada pertengahan abad 18 itu.
Contohnya Dusun Jetak, yang berarti
semua jejak [langkah/ tindakan] harus pakai otak. Lalu ada Dusun Marekan, yang
berasal dari keyakinan bahwa seseorang akan puas atau marem jika berada dalam tekanan. Semangat tersebut digunakan Raden
Mas Said untuk mendorong prajuritnya agar tetap maju meskipun menghadapi
tekanan Belanda.
Sejumlah tempat di Selogiri memang
berkaitan erat dengan cerita Raden Mas Said dan lahirnya Kabupaten Wonogiri.
Lantaran itu, tidak heran kegiatan peringatan Hari Jadi Wonogiri yang jatuh
pada bulan Mei, salah satunya dipusatkan di Dusun Nglaroh, Desa Pule.
Di dusun itu terdapat Prasasti Nglaroh,
berupa batu berukuran panjang satu meter, tempat Raden Mas Said menentukan
kapan pasukannya menyerang Belanda. Batu itu diberi nama Watu Gilang, di batu
itu terdapat bulatan-bulatan kecil berjumlah lima yang digunakan sebagai
patokan dalam menentukan hari sesuai hitungan jawa (Pahing, Pon, Wage, Kliwon,
Legi).
Asal-usul nama Desa Pule menurut Bapak Srianto (Kepala Dusun Ngledok).
Dahulu kala tahun 1742 KGPAH
Mangkunegara 1 atau yang dikenal Pangeran Samber Nyawa atau Raden Mas Said
memutuskan keluar dari Keraton Surakarta karena Beliau tidak puas dengan
pemerintahan raja pada waktu itu. Raden Mas Said lalu melakukan perjalanan ke
salah satu perkampungan yang pada waktu itu bernama Dusun Ngalor, yang termasuk
wilayah Desa Pule. Nama Nglaroh berasal dari kata ngelar (menyiapkan) dan roh
(jiwa). Diartikan sebagai tempat dimana Beliau mempersiapkan segenap pemikiran
dan jiwa untuk menyusun kekuatan dalm mengusir segala bentuk penjajahan.
Setelah itu Raden Mas Said melamar Raden
Ayu Patah Hati, Beliau terus memutuskan untuk menetap beberapa waktu di
Nglaroh. Kampung kecil itu strategi perang untuk melawan Belanda disusun. Lalu
Raden Mas Said menetap di Dusun Nglaroh dan otomatis membuat prajurit yang
berjumlah 40, yang kemudian diberi nama dengan Prajurit Joyo. Mereka berkumpul
disuatu kawasan dan berkumpul menjadi satu agar mudah dalam mengatur strategi
perang mengusir Belanda.
Empat puluh prajurit itu diantaranya adalah:
1.
Kyai
Wirodiwongso
2.
Raden Sutowijoyo
3.
Mas Ngabei Joyo
Dikromo
4.
Kyai Ngabei Joyo
Santiko
5.
Kyai Ngabei Joyo
Rencono
6.
Kyai Ngabei Joyo
Puspito
7.
Raden Ngabei
Joyo Sentono
8.
Raden Ngabei
Joyo Mursito
9.
Kyai Ngabei Joyo
Hutomo
Mereka berjuang melawan penjajah dengan
semangat yang dikobarkan Pangeran Samber Nyawa, tiji tibeh, mati siji mati kabeh, mukti siji mukti kabeh [mati satu
mati semua, makmur satu makmur semua].”
Karena menjadi tempat berkumpulnya para
prajurit dan pejuang lalu diberi nama Desa Pule. Dalam bahasa Jawa berkumpul
berarti kumpule, karena itulah diberi
nama Desa Pule yang merupakan bagian dari kata kumpule menjadi nama desa tempat berkumpulnya para prajurit dan
punggawanya Raden Mas Said saat menyusun strategi perang melawan Belanda.
Di dusun itu terdapat Prasasti Nglaroh,
yaitu berupa batu yang diberi nama Watu Gilang dan dulunya batu ini merupakan
tempat duduk Raden Mas Said (Pangeran Samber Nyawa) pada saat memimpin perang
melawan penjajahan Belanda.
Penutup
Berdasarkan uraian
diatas dapat saya simpulkan bahwa:
Karena menjadi tempat berkumpulnya para
prajurit dan pejuang lalu diberi nama Desa Pule. Dalam bahasa Jawa berkumpul
berarti kumpule, karena itulah diberi
nama Desa Pule yang merupakan bagian dari kata kumpule menjadi nama desa tempat berkumpulnya para prajurit dan
punggawanya Raden Mas Said saat menyusun strategi perang melawan Belanda.
Demikian yang dapat saya sampaikan
mengenai Asal-usul Nama Desa Pule, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahan karena kurangnya referensi yang lebih mengenai Desa Pule. Saya
berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran terkait dengan pembuatan
makalah ini.
Semoga makalah ini berguna bagi para
pembaca untuk dapat menambah wawasan tentang asal-usul nama desa yang ada di
Kabupaten Wonogiri.
Daftar
Pustaka
1.
Narasumber
Nama : Srianto
Alamat : Ngledok Rt 02/07, Pule, Selogiri
Umur : 44 tahun
Pekerjaan : Kepala Dusun Ngledok