Kamis, 09 Februari 2017

Makalah asal usul Desa Pule

MAKALAH
ASAL-USUL NAMA DESA PULE
KECAMATAN SELOGIRI



Disusun Oleh
Nama         : Ayu Prigitha Intan Cahyani
No              : 05
Kelas          : X IPS 1



SMA NEGERI 1 WONOGIRI
TAHUN PELAJARAN 2016/2017


Latar Belakang
Sejarah lokal mengandung suatu pengertian, bahwa suatu peristiwa yang terjadi tidak hanya meliputi suatu daerah dan tidak menyebar ke daerah lainnya. Sejarah tentang suatu daerah memuat suatu awal daerah tersebut seperti asal-usul daerah yang bersangkutan sampai pada perkembangan daerah itu pada masa berikutnya. Setiap wilayah di Indonesia memiliki karakter tersendiri. Hal ini disebabkan karena masing-masing wilayah di Indonesia terbentuk melalui sejarah panjang yang berbeda-beda. Demikian juga kebudayaan, merupakan produk dari proses sejarah yang panjang. Oleh karena itu sejarah lokal merupakan hal yang sangat kompleks yang memiliki banyak aspek dari keseluruhan pengalaman kolektif masa lalu meliputi aspek sosial budaya, politik, agama, teknologi, ekonomi, dan sebagainya dalam suatu wilayah tertentu.
Sejarah lokal yang identik dengan cerita rakyat sampai sekarang masih berkembang terus dan penyebarannya secara turun temurun oleh masyarakat. Tetapi masih banyak cerita rakyat yang belum terdeteksi maupun tersimpan dalam bentuk tulisan maupun kajian. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di daerah  biasanya dikenang dan diingat dalam bentuk nama. Nama tersebut biasanya diambil dari nama peristiwa, orang, binatang, tumbuhan dan sebagainya. Oleh karena berbagai alasan diatas, penulis ingin meneliti, menelaah, dan merekap sejarah lokal di Desa Pule, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri. Penelitian ini oleh penulis diberi judul Asal-usul Nama Desa Pule, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri.
Penulis ingin meneliti asal-usul nama Desa Pule, karena penulis ingin mengetahui dan membaginya pada pembaca. Serta selama ini belum ada yang meneliti ataupun menganalisisnya. Banyak masyarakat di Indonesia yang tidak memahami dan mengetahui sejarah lokal yang ada di daerahnya masing-masing. Ini dikarenakan minimnya pengetahuan tentang sejarah lokal di wilayahnya, adapun sumber-sumber untuk mengetahui secara lisan banyak yang sudah meninggal, pikun, atau bukan penduduk asli dari daerah tersebut. Hal itu patut untuk diteliti lebih lanjut agar masyarakat lebih memahami dan menghargai cerita-cerita  rakyat yang terdapat di daerah mereka masing-masing.






















Pembahasan
Asal-usul nama Desa Pule menurut Bapak Sugimo,S.H.(Kepala Desa Pule) yang dikutip dari Solopos.
Desa Pule adalah salah satu desa di Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri. Untuk mencapai desa ini, bisa ditempuh melalui perjalanan sekitar 10 menit dari Terminal Giri Adipura Krisak yang berada di Jl Solo-Wonogiri. Kemunculan Desa Pule berkaitan erat dengan sejarah berdirinya Kabupaten Wonogiri.
Pada tahun 1742 KGPAH Mangkunegara I atau dikenal dengan nama Pangeran Samber Nyawa atau Raden Mas Said memutuskan keluar dari Keraton Surakarta karena tidak puas dengan pemerintahan raja  pada masa itu. Raden Mas Said lantas melakukan perjalanan ke sebuah perkampungan yang saat ini dikenal dengan nama Dusun Ngalor (sekarang Nglaroh), masuk wilayah Desa Pule.
Setelah meminang putri seorang ulama di perkampungan tak jauh dari Ngalor, yakni Raden Ayu Patah Hati, Raden Mas Said memutuskan tinggal beberapa waktu di Ngalor. Dari perkampungan kecil itulah strategi perang melawan Belanda disusun.
Menetapnya Raden Mas Said di Dusun Nglaroh otomatis membuat 40 prajurit pengikut pangeran tersebut yang dikenal dengan nama 40 prajurit Joyo, turut tinggal di sekitar dusun tersebut. Mereka berkumpul di satu kawasan agar memudahkan koordinasi dalam mengatur strategi perang untuk mengusir Belanda. Empat puluh prajurit itu diantaranya adalah:
1.      Kyai Wirodiwongso
2.      Raden Sutowijoyo
3.      Mas Ngabei Joyo Dikromo
4.      Kyai Ngabei Joyo Santiko
5.      Kyai Ngabei Joyo Rencono
6.      Kyai Ngabei Joyo Puspito
7.      Raden Ngabei Joyo Sentono
8.      Raden Ngabei Joyo Mursito
9.      Kyai Ngabei Joyo Hutomo
“Empat puluh orang prajurit tersebut berkumpul di sekitar nglaroh. Mereka berjuang melawan penjajah dengan semangat yang dikobarkan Pangeran Samber Nyawa, tiji tibeh, mati siji mati kabeh, mukti siji mukti kabeh [mati satu mati semua, makmur satu makmur semua].”
Karena menjadi tempat berkumpul para prajurit itulah, wilayah sekitar Nglaroh akhirnya diberi nama Desa Pule. Dalam bahasa jawa berkumpulnya para prajurit berarti kumpule prajurit, sehingga jadilah kata pule bagian dari kata kumpule menjadi nama desa tempat 40 prajurit Raden Mas Said berkumpul menyusun strategi perang.
Tak hanya nama desa, tindakan Raden Mas Said di perkampungan tersebut juga kata-kata yang dilontarkan penguasa Pura Mangkunegaran itu kemudian manjadi cikal bakal nama sejumlah dusun. Ada 10 dusun di Desa Pule yang namanya berasal dari kata-kata atau tempat yang disampaikan Raden Mas Said pada pertengahan abad 18 itu.
Contohnya Dusun Jetak, yang berarti semua jejak [langkah/ tindakan] harus pakai otak. Lalu ada Dusun Marekan, yang berasal dari keyakinan bahwa seseorang akan puas atau marem jika berada dalam tekanan. Semangat tersebut digunakan Raden Mas Said untuk mendorong prajuritnya agar tetap maju meskipun menghadapi tekanan Belanda.
Sejumlah tempat di Selogiri memang berkaitan erat dengan cerita Raden Mas Said dan lahirnya Kabupaten Wonogiri. Lantaran itu, tidak heran kegiatan peringatan Hari Jadi Wonogiri yang jatuh pada bulan Mei, salah satunya dipusatkan di Dusun Nglaroh, Desa Pule.
Di dusun itu terdapat Prasasti Nglaroh, berupa batu berukuran panjang satu meter, tempat Raden Mas Said menentukan kapan pasukannya menyerang Belanda. Batu itu diberi nama Watu Gilang, di batu itu terdapat bulatan-bulatan kecil berjumlah lima yang digunakan sebagai patokan dalam menentukan hari sesuai hitungan jawa (Pahing, Pon, Wage, Kliwon, Legi).
Asal-usul nama Desa Pule menurut Bapak Srianto (Kepala Dusun Ngledok).
Dahulu kala tahun 1742 KGPAH Mangkunegara 1 atau yang dikenal Pangeran Samber Nyawa atau Raden Mas Said memutuskan keluar dari Keraton Surakarta karena Beliau tidak puas dengan pemerintahan raja pada waktu itu. Raden Mas Said lalu melakukan perjalanan ke salah satu perkampungan yang pada waktu itu bernama Dusun Ngalor, yang termasuk wilayah Desa Pule. Nama Nglaroh berasal dari kata ngelar (menyiapkan) dan roh (jiwa). Diartikan sebagai tempat dimana Beliau mempersiapkan segenap pemikiran dan jiwa untuk menyusun kekuatan dalm mengusir segala bentuk penjajahan.
Setelah itu Raden Mas Said melamar Raden Ayu Patah Hati, Beliau terus memutuskan untuk menetap beberapa waktu di Nglaroh. Kampung kecil itu strategi perang untuk melawan Belanda disusun. Lalu Raden Mas Said menetap di Dusun Nglaroh dan otomatis membuat prajurit yang berjumlah 40, yang kemudian diberi nama dengan Prajurit Joyo. Mereka berkumpul disuatu kawasan dan berkumpul menjadi satu agar mudah dalam mengatur strategi perang mengusir Belanda.
Empat puluh prajurit itu diantaranya adalah:
1.      Kyai Wirodiwongso
2.      Raden Sutowijoyo
3.      Mas Ngabei Joyo Dikromo
4.      Kyai Ngabei Joyo Santiko
5.      Kyai Ngabei Joyo Rencono
6.      Kyai Ngabei Joyo Puspito
7.      Raden Ngabei Joyo Sentono
8.      Raden Ngabei Joyo Mursito
9.      Kyai Ngabei Joyo Hutomo
Mereka berjuang melawan penjajah dengan semangat yang dikobarkan Pangeran Samber Nyawa, tiji tibeh, mati siji mati kabeh, mukti siji mukti kabeh [mati satu mati semua, makmur satu makmur semua].”
Karena menjadi tempat berkumpulnya para prajurit dan pejuang lalu diberi nama Desa Pule. Dalam bahasa Jawa berkumpul berarti kumpule, karena itulah diberi nama Desa Pule yang merupakan bagian dari kata kumpule menjadi nama desa tempat berkumpulnya para prajurit dan punggawanya Raden Mas Said saat menyusun strategi perang melawan Belanda.
Di dusun itu terdapat Prasasti Nglaroh, yaitu berupa batu yang diberi nama Watu Gilang dan dulunya batu ini merupakan tempat duduk Raden Mas Said (Pangeran Samber Nyawa) pada saat memimpin perang melawan penjajahan Belanda.





















Penutup
Berdasarkan uraian diatas dapat saya simpulkan bahwa:
Karena menjadi tempat berkumpulnya para prajurit dan pejuang lalu diberi nama Desa Pule. Dalam bahasa Jawa berkumpul berarti kumpule, karena itulah diberi nama Desa Pule yang merupakan bagian dari kata kumpule menjadi nama desa tempat berkumpulnya para prajurit dan punggawanya Raden Mas Said saat menyusun strategi perang melawan Belanda.
Demikian yang dapat saya sampaikan mengenai Asal-usul Nama Desa Pule, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan karena kurangnya referensi yang lebih mengenai Desa Pule. Saya berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran terkait dengan pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini berguna bagi para pembaca untuk dapat menambah wawasan tentang asal-usul nama desa yang ada di Kabupaten Wonogiri.













Daftar Pustaka
1.      Narasumber
Nama               : Srianto
Alamat            : Ngledok Rt 02/07, Pule, Selogiri
Umur               : 44 tahun
Pekerjaan         : Kepala Dusun Ngledok


PROSES PERUBAHAN BUDAYA "BUDAYA DULU DAN BUDAYA SEKARANG"

PROSES PERUBAHAN BUDAYA "BUDAYA DULU DAN BUDAYA SEKARANG" NO Budaya  Dulu Proses Perubahan Budaya Sekarang 1. Adan...